Membudayakan Gerakan Jangan Takut Berbagi Dari Diri Sendiri

33 komentar


 
Swara Cinta edisi 96 Februari-Maret 2019 (Dokpri)

"Berbagi itu meluangkan waktu, bukan mengisi waktu luang". --Hoshizora Foundation

Postingan instagram berisi kalimat tersebut membuatku terpaku. Awalnya gemar berkegiatan menjadi volunteer semata-mata untuk memanfaatkan waktu. Sekarang aku mengerti, berbagi itu bukan sekedar mengolah waktu yang kita miliki. Berbagi adalah sikap di mana kita melakukan sesuatu dengan ikhlas dalam segala kondisi.

“Berbagi adalah ikhlas. Buat apa berbagi kalau ingin mendapatkan balasan?” –Bapak.

Sistematika Ikhlas (Dokpri)

Berbagi tidak akan mengurangi sesuatu yang berharga dalam diri kita. Tetapi jangan berbagi karena mengharapkan sesuatu yang lebih. Berbagi adalah bentuk rasa syukur tiada tara.

Sebagai mahasiswi yang bekerja serabutan (mulai dari sebar brosur, bisnis mikro, offline job part time, hingga menjadi content writer), berbagi materi adalah hal yang sulit. Meski demikian, insya Allah zakat dan infaq tetap menjadi komitmen. Terlebih, lingkaran pertemanan di kampus memacu kami untuk saling mengingatkan kala harus menunaikan kewajiban tersebut.

So, bagaimana caraku berbagi untuk orang lain? Mengerahkan waktu dan tenaga dong. Paling sering sih menjadi volunteer lapangan. Why volunteer lapangan? Aku bisa menyalurkan hobi sambil berbagi. Yes, hobi aku menjelajah alam dan kehidupan sosial, lengkap dengan korelasi antar keduanya.

Dok: Komunitas Saung Mimpi

Berbagi Waktu Setara Dengan Mengalirkan Kebahagiaan


Pernahkah kamu merasa menjadi manusia yang useless? Jujur, aku sering mengalaminya. Rentang waktu yang aku miliki kadangkala terbuang sia-sia, baik disengaja maupun tidak. Fine, hal itu membuat aku mencoba bergerak untuk memaksimalkan potensi.

For example, saat menjadi volunteer komunitas non profit berbasis pendidikan. Tantangan saat itu adalah menjadi fasilitator bagi anak-anak. Meski sering berhubungan dengan dunia anak, menjadi bagian dari mereka bukanlah hal yang mudah. 2 bulan setelah masa pendampingan berakhir aku kembali mengunjungi salah satu sekolah di Kulon Progo, Yogyakarta. Dengan haru, seorang ibu muda memelukku. Kabar baiknya, aku berhasil!

“Mbak Latifah, terima kasih ya. Semenjak kenal sama Mbak, anak saya rajin berangkat ke sekolah. Dulu dia sering membolos,” senyum ibu satu anak itu membuatku ikut bergembira.

Jalan setapak di lokasi mengabdi, Piyungan, Bantul, Yogyakarta (Dokpri)
  

Berbagi Tenaga Justru Membuatku Lebih Tangguh


“Latifah itu lemah” adalah ungkapan pembunuh dari teman-teman lelakiku kala masih menjadi pelajar. Berangkat dari situ aku mulai berusaha menjadi sosok mandiri dan berani. Aku tak berhenti apply kegiatan volunteer yang cukup menantang. Misalnya volunteer home visit calon penerima beasiswa.

Aku pun bertugas di wilayah minim akses. Letak geografis yang sulit dijangkau adalah makanan sehari-hari. Jika dulu aku selalu bergantung pada orang lain saat mengendarai sepeda motor di daerah pegunungan, kini aku bisa sendiri.

“Kalau bukan kamu partner-ku, nggak tau lagi mau bagaimana. Aku nggak nyangka medannya sesulit ini. Beruntung kamu bisa membawaku dengan aman. Kehidupan volunteer memang keras ya, Mbak. Niat berbagi tapi harus bersusah payah juga,” ucap salah seorang partner home visit.

Bukan hanya tangguh fisik, mental juga mulai tertata. Aku mulai melakukan manajemen sebelum melakukan perjalanan. Mengintip gmaps, checking kendaraan, dan tak lupa berdoa. Satu lagi, berkendara dengan tertib agar dapat berbagi keselamatan dengan pengguna jalan lain.



Well, selain berbagi menjadi volunteer as sunnah, kita juga harus memenuhi kewajiban berbagi sesuai syariat dong.

"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, beramal saleh, menegakkan shalat, dan membayar zakat, mereka mendapatkan pahala dari sisi Tuhannya. Tidak ada kekhawatiran atas mereka dan mereka tidak (pula) bersedih hati." ---Q. S Al Baqarah: 277
 
Nah, aku rekomendasiin Dompet Dhuafa buat teman-teman yang ingin menyalurkan zakat dan infaq.

Why Dompet Dhuafa? 

Senin (25/03/2019), aku dan teman-teman Komunitas Blogger Jogja berkesempatan menghadiri launching gerakan "Jangan Takut Berbagi" di Mezzanine Cafe and Eatery.

Dalam sambutannya, Bambang Edi Prasetyo selaku Direktur Dompet Dhuafa Yogyakarta menyampaikan annual report kinerja Dompet Dhuafa (DD). Pada tahun 2018, DD berhasil menebar kebaikan kepada 2.151.802 jiwa penerima manfaat yang tersebar di 34 provinsi dengan total penghimpunan Rp 312.50 Miliar.

Sumber: Swara Cinta (Dokpri)
Sumber: Swara Cinta (Dokpri)
Sumber: Swara Cinta (Dokpri)

Sementara Ibu Suci Kadarsih menuturkan, “Tahun 2019 Dompet Dhuafa ingin memperluas pangsa pasar. Kita ingin zakat dan infaq bukan sekedar kewajiban, tetapi lebih dari itu.”

Launching gerakan #jangantakutberbagi bertujuan memperluas pemahaman masyarakat tentang arti berbagi. Berbagi bukan hanya soal materi, tetapi juga potensi lain dalam diri kita. Misalnya waktu, senyuman, ilmu, atau produksi konten positif dan bermanfaat di media sosial.

Dalam launching tersebut turut hadir Mas Alan, salah seorang penerima manfaat dengan bisnis budidaya aloe vera. Pasca menjadi mitra Dompet Dhuafa, Mas Alan bisa menggandeng ibu-ibu di sekitar tempat tinggalnya (Gunung Kidul) untuk ikut berpartisipasi dalam desa wisata rintisannya. Selain mengembangkan lahan budidaya lidah buaya menjadi desa wisata, Mas Alan mulai mengolah kulit lidah buaya menjadi camilan.

"Mari kita kembali menjadi manusia yang saling mengisi antara manusia yang lainnya." ---Maily, ketua Jakarta Humanity Festival 2019

Jadi, kapan kamu mulai donasi?

www.dompetdhuafa.org

“Artikel ini diikutsertakan dalam Lomba Blog Jangan Takut Berbagi yang diselenggarakan oleh Dompet Dhuafa”
Latifah Kusuma
Challenger. Pribadi yang senang berpetualang, baik online maupun di real life. Lebih suka bekerja di lapangan. Bisa disapa melalui instagram dan twitter @latifahkusuma7

Related Posts

33 komentar

  1. Kagum deh sama Dompet Dhuafa yang juga memberikan pembinaan pada masyarakat seperti Mas Alan yang telah sukses usaha dan juga dapat menggandeng ibu-ibu setempat...Volunteer emang menyenangkan bila 1/0 (ikhlas), juga memberikan kebahagiaan dan kepuasan tersendiri, banyak orang-orang yang rajin volunteer ini (riset terhadap baby boomer) lebih sehat dan bahagia dibandingkan dengan yang tidak mengadakan volunteer... Ayo, join di DD dan rame-rame kita memulai donasi...yay...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya Mbak,memang semenjak jadi volunteer jadi selalu bahahia 😊 Mauu juga dong jadi volunteer DD. Semoga next time bisa gabung

      Hapus
  2. Keren...asyik ya warna-warni dunia mahasiswa...banyak waktu untuk mengikuti kegiatan yang full manfaat..👍👍

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihiii sisi negatifnya, aku jadi betah berstatus mahasiswi nih Mbak 😄

      Hapus
  3. “Berbagi adalah ikhlas. Buat apa berbagi kalau ingin mendapatkan balasan?” –Bapak. Ini bapaknya Kak Latif ya? kalimatnya ngena banget buat kita ikhlas memberi tanpa pamrih ya, terima kasih

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah iya, itu pesan Bapak yg selalu aku ingat. Semoga kita dalam golongan ikhlas berbagi ya Kak 😊

      Hapus
  4. Donasi lewat DD memang terpercaya. Hasilnya disalurkan untuk pemberdayaan

    BalasHapus
  5. Terinspirasi lo fah ����. smua apa yg aku rasakan ada di blog it smua �� karena dg berbagipun kita juga bisa merasakan kebahagiaan dan belajar lebih banyak lagi untuk bersyukur

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah ya. Bagiku, berbagi juga bentuk tertinggi dari rasa syukur 😊

      Hapus
  6. Dengan membaca cerita saja sudah terinspirasi...seperti ikut dalam cerita

    BalasHapus
  7. Good job, semangat terus menebar manfaat :)
    So inspiring 😍

    BalasHapus
  8. Udah bisa ngerasain berbagi, rasanya bahagia banget, ada rasa tenang.

    BalasHapus
  9. Baca artikel ini jadi kangen dgn suasana waktu masih mahasiswa,..keren sekali sampai si ibu memeluk setelah anaknya kembali semangat belajar

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya Mas. Terharu banget. Jadi makin bahagia

      Hapus
    2. Sungguh suatu kebahagiaan dan tentunya pengalaman yg berharga ya mbak

      Hapus
  10. Ikhlas tu susah loo. Udah bilang ikhlas tapi keinget mulu. Jadinya gak ikhlas deh, hihi. Iya jangan takut berbagi karena rezeki ditambahNya agar kita giat berbagi pada sesama.

    Salam manis,
    -- artha --

    BalasHapus
  11. oke dan jangan takut berbagi

    BalasHapus
  12. Berbagi bukan mengurangi harta kita tapi malah menambah lebih banyak lagi

    BalasHapus
  13. Berbagi ga selalu harus uang sih ya, lagi pula kita dulu punya budaya berbagi tenaga yang kita sebut gotong royong, harusnya sampai kini budaya itu masih ada,. Toh gak ada ruginya kan ya bantu orang. :) Nice article..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bener tuh Mbak. Budaya gotong royong harus dilestarikan 👌

      Hapus
  14. Berbagi itu gak akan membuat kita miskin, maka jgn takut utk berbagi ..

    BalasHapus
  15. Berbagi itu keren. Berbagi itu membuat rezeki kita semakin banyak.
    Rezeki ketemu orang-orang baru, ilmu, pengalaman, bahkan bisa bikin bahagia berkali-kali lipat.

    Saya juga suka berbagi Kak.
    Berbagi itu meluangkan waktu. Setuju banget sama kata-kata ini.
    Kapan lagi mau berbagi kalau kita nggak meluangkan waktu berbagi?

    Saya dulu juga serabutan semasa kuliah.
    Jadi inget. Sayang nggak bisa jadi volunteer lapang sampai jauh sekali karena memang fisik lemah.

    Semangat terus kak!

    Salam.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah keren, semangat ya Kak. Jangan lelah berbagi 😊

      Hapus

Posting Komentar