Gambar: Anna Nekrashevich di Pexels
Ngomongin soal investasi masa depan emang nggak ada habisnya, ya. Apalagi buat kita yang udah bekerja atau berkeluarga. Bukan tentang mengatur prioritas agar keuangan lancar, tapi juga bagaimana caranya menemukan bentuk investasi yang aman. Nggak jarang kan kamu baca berita investasi bodong? Aduh, jangan sampai terjebak!
Manajemen keuangan memang sangat penting. Mulai dari mencatat pendapatan, menyusun anggaran belanja, mengatur prioritas kebutuhan, menyiapkan dana darurat, menyisihkan tabungan, hingga merencanakan keuangan masa pensiun. Enggak kok, nggak akan rumit kalau semuanya didiskusikan dengan pasangan.
Oh iya, menurutku investasi masa depan akan aman kalau dimulai sejak dini. Aku dan suami bahkan udah bicarain financial planning jauh sebelum menikah. Ketika udah berumah tangga, kami tinggal mengaplikasikan, disesuaikan dengan realita yang terjadi.
Alhamdulillah, kami masih bisa mengelola rezeki dengan maksimal. Istilahnya kebutuhan tercukupi, bisa menabung, dan bisa mengalokasikan dana untuk liburan. Tapi sayangnya, kami belum merealisasikan keinginan investasi. Sampai akhirnya aku menemukan aplikasi AmarthaFin di Playstore.
Ada fitur celengan Amartha yang bisa digunakan untuk investasi masa depan. Celengan Amartha bekerja dengan sistem bagi hasil. Kita sebagai pengguna bisa mengalokasikan dana ke celengan untuk selanjutnya dijadikan sebagai pendanaan UMKM. Di sisi lain, para pelaku UMKM bisa mengajukan pinjaman modal untuk mengembangkan bisnisnya. Keren, kan?
Oke, sebelum masuk ke review aplikasi AmarthaFin, aku mau sharing dulu 5 cara mengatur keuangan rumah tangga yang selama ini aku jalankan.
5 Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga
Membagi Penghasilan Sesuai Kebutuhan
Ini memang part yang agak sulit dilakukan, pasalnya kebutuhan dan keinginan terkadang nyaris “disamakan”. Bagi sebagian orang, mungkin mobil adalah kebutuhan primer. Namun bagi sebagian orang lainnya, mobil adalah kebutuhan tersier atau sebatas keinginan. Contoh konkretnya, bagi pasangan yang sama-sama bekerja dan punya anak kembar. Mereka tiap hari harus menitipkan anak di day care dan pergi ke tempat kerja masing-masing. Mobil tentu akan memudahkan transportasi harian. Namun bagi orang yang belum menikah, lokasi kerja dekat dengan rumah, full day di kantor, minim mobilisasi, masih struggle memenuhi dana darurat, sepertinya mobil belum jadi kebutuhan.
Poinnya adalah kita harus mampu membagi pendapatan ke pos-pos yang mengutamakan kebutuhan. Aku sendiri saat ini tidak kerja full time, hanya freelance. Sementara suami full time dan freelance. Penghasilan kami gabung dan dialokasikan untuk tujuan keuangan yang menurut kami penting.
Pertama, tentu saja untuk kebutuhan harian rumah tangga seperti makan dan belanja. Lalu menyisihkan sedikit untuk tabungan (menurut kami ini sangat penting). Ada juga budget jajan dan liburan (presentase tidak banyak, tapi cukup, tak lebih dari 20% pendapatan). Terakhir, alokasi dana untuk pendidikan anak di masa depan (sekarang anak belum sekolah).
Kamu bisa membagi pendapatan sesuai kebutuhan kamu sendiri. Misalnya masih ada cicilan, ya pastikan alokasi cicilan menjadi prioritas utama. Misal butuh tempat tinggal, ya pastikan tiap bulan ada dana khusus untuk membeli atau membangun rumah. Semua sesuai kebutuhan dulu, baru sisanya untuk hal lain.
Oh iya, kalau kata kak Prita Ghozie, financial planner, alokasikan pendapatan ke living (kebutuhan harian), saving (tabungan), dan playing (hiburan). Yes, nggak salah kok kalau hiburan atau jalan-jalan masuk ke prioritas kebutuhan, asal tidak melebihi kapasitas pendapatan.
Mencatat Transaksi Keuangan
Apakah kamu masih rutin mencatat arus kas pribadi?
Sebelum menikah, aku udah rutin mencatat pendapatan dan pengeluaran di aplikasi expense manager (aplikasi dari Playstore). Aku bisa evaluasi tiap akhir bulan, apakah ada sisa pendapatan untuk ditabung, apakah pengeluaran di bawah budget atau melebihi batas. Hasilnya, aku bisa kontrol arus kas dan nggak ada utang.
So, setelah menikah aku mulai pakai aplikasi spreadsheets yang bisa diakses suami juga. Kami mencatat semua pendapatan, pengeluaran harian, pengeluaran rutin, hingga kas khusus dana darurat. Saat punya anak pun aku catat sendiri uang anak. Misalnya uang yang dikasih oleh neneknya, saudara, atau uang lebaran. Prinsipku yaitu jangan sampai orang tua menggunakan uang anak untuk kebutuhan sehari-hari.
Buat Rekening Terpisah
Saat ini keluarga kecilku sudah memiliki rumah, tapi belum selesai pembangunan. Total ada 3 kamar, tapi baru 1 kamar yang sudah layak ditempati. Garasi, gudang, dan ruang kerja juga belum ada. Ini jadi PR kami, jadi kami harus atur keuangan sebaik mungkin.
Di sisi lain, anakku usianya sudah hampir 2 tahun. Namun aku udah mulai mempersiapkan dana pendidikan. Bahkan sudah mulai survei biaya PAUD dan TK di sekitar rumah. Tujuannya biar aku nggak kaget dan benar-benar siap mendampingi dan support penuh selama anak sekolah.
Jadi, aku membagi tabungan untuk rencana anggaran pendidikan anak, kebutuhan harian, pembangunan rumah, dan dana darurat. Semuanya aku pisahkan di rekening atas namaku dan atas nama suami. InsyaAllah dengan begitu kami bisa bebas utang dan tak bersikap konsumtif.
Usahakan Punya Dana Darurat
Jujur saja, dana darurat keluarga kecilku belum memenuhi standar 6 kali gaji beserta tanggungan. Padahal suami juga bekerja di sektor swasta yang bisa kena lay off kapan saja. Namun kami usahakan dana darurat tidak diambil dengan alasan apapun, kecuali memang semua tabungan sudah digunakan dan hanya tersisa dana darurat.
Aku tetap aktif menambah saldo ke rekening dana darurat secara berkala. Tips dari aku, kamu bisa mulai mengurangi selebrasi. Misalnya saat kamu dapat bonus dari perusahaan. Sisihkan dulu untuk sedekah, alokasi dana darurat, baru sisanya boleh buat jajan.
Siapkan Investasi Masa Depan
Menurutku investasi bisa berbentuk ilmu, skill, dan cadangan uang. Untuk ilmu dan skill, aku masih setia dengan cara membaca buku, ikut webinar, ikut pelatihan, ikut lomba, dan pastinya mempraktikkan apa yang sudah dipelajari. Misalnya saat ini aku udah menjadi ibu, tapi aku nggak mau berhenti nulis di blog. Selain sebagai aktualisasi diri, kemampuan menulis juga bisa menjadi investasi masa depan. Siapa tau besok bisa jadi penulis buku?
Nah, untuk investasi uang pasti lebih tricky. Tak jarang orang ikut beragam investasi yang menawarkan imbal hasil besar. Padahal menurutku investasi bukan sesuatu yang bisa memberikan imbal balik besar secara cepat atau instan. Logikanya, investasi yang aman adalah perputaran dana yang dikelola sebagai bisnis barang atau jasa, lalu mendapatkan tambahan atau keuntungan. Tentu saja prosesnya lama dan tidak mudah, bahkan ada risiko gagal.
Di sela memikirkan strategi investasi, aku ketemu sama akun sosmed Amartha. Langsung deh aku buka Playstore dan download aplikasinya untuk cari tau lebih dalam. Ternyata aplikasi ini memiliki banyak fitur yang membantu kita dalam hal keuangan. Mulai dari transaksi online (pulsa, kuota, e-wallet), pembayaran, pinjaman modal, hingga investasi.
Investasi yang Aman di Celengan Amartha
![]() |
Gambar: website Amartha |
Aku yang udah download aplikasi AmarthaFin langsung menjelajah fiturnya. Sesuai tujuan utamaku untuk investasi, aku mendaftar fitur Celengan Amartha. Untuk registrasi memang dibutuhkan foto kartu identitas, tapi InsyaAllah aman untuk kepentingan administrasi. Dari keterangan yang aku baca, bagi hasilnya mulai dari 7%. Angka yang normal dan logis.
![]() |
Gambar: website Amartha |
Keuntungan lainnya, kita bisa investasi di Celengan Amartha mulai dari Rp 10.000,- dan kelipatannya. Cocok untuk segala kalangan, kan? Bahkan mahasiswa dan ibu rumah tangga juga bisa ikut investasi. Dana yang diinvestasikan juga dikelola sendiri oleh Amartha, jadi aman.
Oh iya, Amartha juga sudah memiliki izin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Indonesia.
![]() |
Gambar: website Amartha |
Download aplikasi AmarthaFin di sini !
Posting Komentar
Posting Komentar