![]() |
Gambar: Travelerien |
Alhamdulillah
bisa nulis lagi setelah berjibaku dengan urusan domestik dan membersamai
toddler. Anak udah 22 bulan tapi bener-bener masih jumpalitan tiap hari. Anak
usia segini tuh nggak bisa ditinggal kedip. Baru kedip doang, boom! Bisa
terjadi sesuatu. Kayak beberapa bulan lalu, ditinggal ambil korek aja anaknya
nyungsep di depan rumah.
Aku
memang belum lama jadi ibu “sepenuhnya”. Ini anak pertamaku dan sebelumnya aku
bekerja fulltime. Pergeseran beban kerja dari karyawan menjadi “ibu” tuh nggak
gampang. Apalagi buat aku yang sebelumnya kerja otak alias jarang yang namanya
aktivitas fisik. Jadi rutin minum tablet kalsium deh…
Here
we go! Aku bakal cerita migrasi aktivitas dari karyawan ke ibu rumah tangga.
Simak sampai selesai, ya!
Awal Mula Resign
Sebenarnya
aku berhenti kerja saat usia kandungan 7 bulan. Aku merasa lingkungan kantor
kurang support untuk ibu menyusui. Di sana tidak ada ruang laktasi dan tidak
ada kompensasi waktu untuk memompa ASI di jam kerja. Aku butuh setidaknya 2
kali pompa ASI selama 8,5 jam kerja. Oke deh satu sesi bisa dilakukan saat
istirahat makan siang, tapi satunya lagi? Nunggu mastitis? Ohh jangan sampai...
Ya
udah resign baik-baik dan menjalani sisa 2 bulan kehamilan dengan persiapan
lahiran. Alhamdulillah semuanya aman, tapi bayi lahir secara Sectio Caesarea
(SC) karena melewati masa HPL. Aku lanjut pemulihan dan menjalani aktivitas baru
sebagai ibu. Saat itu aku masih dibantu oleh ibu mertua. Beliau sering
memandikan anak dan menggantikanku kala aku mau mandi, makan, ibadah, dll. Jadi
aku enjoy dan nggak ada istilah baby blues.
Ketika
anakku berusia 3 bulan, owner perusahaan sebelumnya menghubungiku untuk
menawarkan lowongan kerja. Beliau bilang sistemnya Work from Anywhere (WFA),
jadi cocok buatku. Dengan berbagai pertimbangan, dukungan suami dan ibu mertua,
aku menerima tawaran itu. Bahkan suamiku membuatkan set meja dan kursi kerja di
sudut ruang keluarga. Selama jam kerja anakku bersama ibu mertua di rumahnya,
rumah kami depan-belakang, jadi dekat. Urusan pompa ASI juga lancar karena
bekerja dari rumah.
Oh
iya, saat itu posisiku admin social media. Aku mengerjakan editing video konten
sosmed (Instagram, Tiktok, blog), copywriting konten, hingga balas komentar
netizen. Beberapa bulan kemudian ditawari pindah posisi Customer Relationship
Management (CRM). Jujur aku ingin dapat ilmu dan pengalaman baru, jadi aku
ambil.
Di
sinilah problematika terjadi. Kinerja CRM tak hanya dilihat dari cepat dan
tepat, tapi juga sesuai target. Tak jarang aku menyelesaikan tugas di luar jam
kerja. Bahkan aku bisa tiap detik memantau HP kantor dan mengabaikan HP pribadi.
Padahal posisi masih menyusui dan suami kerja lapangan (jam kerja sesuai
kebutuhan proyek). Yaps, akhirnya lumayan chaos di rumah.
Jadi Ibu Rumah Tangga Seutuhnya
![]() |
Gambar: Dokumentasi pribadi |
Sebelum
resign aku sudah membuat beberapa rencana. Mulai dari launching produk jualan,
mau lebih fokus ngeblog, atau bikin
portfolio konten sosmed pribadi. Awalnya aku yakin bisa membagi waktu dengan
baik, tapi jadi ibu rumah tangga justru lebih sulit daripada kejar target
perusahaan.
Anggap
saja anak adalah owner. Pasca resign aku langsung memperbaiki apa yang kurang
dalam hal pertumbuhan dan perkembangan anak. Ternyata anakku kurang stimulasi
sehingga Nampak kurang aktif dibandingkan anak seusianya. Aku pun melakukan
remedial stimulasi, perbaikan menu MPASI, hingga mengajaknya lebih sering
berinteraksi dengan orang lain. Alhamdulillah hasilnya memuaskan.
Sisi
negatifnya adalah waktuku full untuk anak. Bahkan aku bisa berjam-jam aktivitas
tanpa melihat HP. Jadi, rencana-rencana yang sudah kubuat tak terealisasikan.
Satu hal yang bisa kuusuhakan, aku dan adikku menjalankan bisnis jastip
oleh-oleh Jogja. Di sini aku berperan sebagai social media strategis dan
Customer Service.
Upgrade Device, Boleh Kan?
![]() |
Gambar: Travelerien |
Aku
pun mulai merencanakan device baru yang cocok untuk aktivitas bisnis jastip,
freelance menulis artikel, dan mengembangkan skill. Awalnya terdesak karena HP
mulai lemot digunakan untuk login marketplace dan produksi konten. Beruntung
sekali, beberapa waktu lalu aku melihat review laptop ASUS Zenbook S14 OLED di
Instagram.
Dari
segi visual, laptop ini sudah menarik hati. Warna dan desainnya cocok untuk
semua kalangan. Mau buat kerja cakep, buat bisnis nampak keren, buat kuliah pun
kece.
Kalau
boleh memberikan definisi singkat, laptop ini definisinya adalah “cerdas”.
Aktivitas Blogging Makin Aman
![]() |
Gambar: Travelerien |
Meski
belum bisa ikut job visit untuk blogger, aku masih menerima content placement
dan artikel review produk. Aku biasa menulis di laptop karena layar lebih lebar
dan keyboard lebih nyaman. Laptop sangat mendukung split view yang biasa aku
gunakan untuk membuka beragam aplikasi secara bersamaan.
Beruntungnya
ASUS Zenbook S14 OLED (UX406SA) dilengkapi dengan system pendinginan inovatif
yang memastikan performa optimal dan suhu terjaga. ASUS juga menambahkan
teknologi ventilasi grille geometris di atas keyboard untuk meningkatkan aliran
udara. Sistem pendinginnya dapat bekerja di bawah 25 dB. Jadi nggak perlu
khawatir kalau mau ngetik berjam-jam, insyaAllah laptop nggak cepat rusak.
Tak
hanya soal ketahanan laptop, keamanan juga lebih unggul. Laptop ini sudah
dilengkapi dengan teknologi yang dirancang untuk menjaga privasi dan
perlindungan data penggunanya. Dengan integrasi Microsoft Pluton, laptop ini
mampu melindungi data dari ancaman siber. Lebih canggih lagi, sudah ada fitur
login wajah dengan Windows Hello dan kamera IR AiSense. Lebih jauh, fitur
Adaptive Lock dalam laptop ini juga bisa mengunci layar secara otomatis saat
pengguna beranjak. Canggih. Cocok buat blogger, kan?
AI for Social Media Copywriting
ASUS
Zenbook S14 OLED (UX406SA) merupakan salah satu laptop AI dengan performa NPU
45+ TOPS. NPU adalah kependekan dari Neutral Processing Unit yang merupakan
hardware untuk memproses AI. NPU bisa meningkatkan performa aplikasi dan
memproses AI lebih efisien. Sementara 45+ TOPs dibutuhkan untuk pemrosesan AI
yang real time. Aku semakin yakin performa laptop ini juga cocok untuk seorang
copywriter, blogger, bahkan content creator.
ASUS Zenbook S14 OLED (UX5406SA)
sangat cocok untuk menjalankan aplikasi-aplikasi modern yang sudah mendukung
teknologi AI. ASUS Zenbook S14 (UX5406SA) sudah diperkuat oleh Intel® Core™
Ultra 7 Processor 258V 32GB 2.2GHz yang memiliki 8 core dan 8 thread. Prosesor
tersebut dilengkapi dengan Intel® Arc™ Graphics serta chip AI berbasis Intel®
AI Boost NPU dengan kecepatan hingga 47 TOPS.
Aku
yang masih memiliki project copywriting bisa lebuh mudah meminta bantuan AI
untuk menentukan ide, membuat copy, riset keywords, bahkan menganalisa insight
postingan di social media. Apalagi udah ada asisten Windows AI yang bakal
memudahkan segala pekerjaan content creator.
Fun with Toddler
Anakku
sudah kenal dengan screen time. Tenang saja, aku hanya memberikan waktu sesuai
anjuran buku pink dan selama screen time ada pengawasan ketat. Biasanya aku
memberikannya tayangan YouTube edukatif seperti kinderflix, minivila, BaLiTa,
BabyBus, dan lain sebagainya. Laptop dengan layar 14 inch ini cocok screen time
bersama anak.
Layar
sentuh ASUS Zenbook S14 OLED menyajikan resolusi tinggi 2880x1800 pixel yang
memastikan detail gambar jernih dan tajam. Color gamut 100% di dalamnya
menawarkan produksi warna yang akurat. Cocok untuk balita yang sedang belajar
warna juga, kan? Ditambah Pantone Validated dan DisplayHDR True Black 500 yang
bikin kontras dan kedalaman warna lebih optimal. Mantap.
Kesimpulan: 3 in 1 Sharing Function
![]() |
Gambar: Travelerien |
Wait,
suamiku juga bekerja sebagai drafter gambar bangunan. Dia biasa bekerja dengan
aplikasi AutoCAD dan SketchUp yang memerlukan laptop dengan performa tinggi,
memori besar, dan keamanan penuh. Yaps, laptop ASUS Zenbook S14 OLED bisa jadi
andalan juga. Untuk suami cocok, untukku sebagai blogger juga cocok, untuk
edukasi anak juga cocok.
Hal
ini didukung dengan prosesor Intel® Core™ Ultra 7
Processor 258V yang efisien bikin baterai tahan seharian. Kapasitas
baterai 72Whrs bisa digunakan untuk bekerja suamiku 9 to 4, screen time anak di
bawah 1 jam sehari, dan aktivitas menulis artikelku saat malam hari.
Benar-benar 3 in 1 sharing function untuk keluarga kami.
Posting Komentar
Posting Komentar